Oleh
Kang Muthok
Sejak sekolah diliburkan tanggal 16 Maret 2020 yang lalu
awalnya aku merasa senang, mungkin begitu juga dengan anda, namun ternyata hukum gosen berlaku juga padaku, “sesuatu
yang dinikmati secara terus menerus maka rasanya semakin lama akan semakin
berkurang bahkan akan habis”. Jujur saja
awalnya aku bertemikasih pada corona karena berkat makluk tak kasat mata ini
aku bisa libur, dengan libur aku akan semakin produktif, aku akan menulis
setiap hari, aku akan mengolah lahan belakang rumah ku, akan membersihkan
rumah, akan lebih banyak beribadah, akan lebih banyak berkumpul dengan
keluarga, akan lebih banyak waktu luang, akan lebih banyak ide-ide yang akan
aku keluarkan. Akan lebih banyak karya yang aku hasilkan. Akan akan dan akan
lagi.
Saya hitung saat aku menulis ini, aku libur sudah 36 hari,
huh waktu yang cukup lama namun terasa singkat dan mungkin akan diperpanjang
lagi sampai bulan Juni depan, sebagai rakyat biasa yang mentaati aturan
pemerintah yang telah diperintahkan aku
berusaha menikmati untuk tetap dirumah saja, karena bagaimanapun juga itu
adalah hal logis untuk memotong penyebaran Covid-19. Hari-hariku hanya kuhabiskan
untuk tidur, melamun, iya jujur saja paling cepat aku bangun pagi itu pukul
09.30, sesekali ngerjakan tugas, dan tak lupa smartphone makhluk ini tak bisa lepas dari genggamanku (semoga
istriku tidak baca. Hehehe). Selain tidur dan makan, menu harian
yang kulihat di berbagai media sosial setiap hari ya paling seputar corona,
masing-masing orang tiba-tiba menjadi ahli prediksi corona semuanya. Hebat juga
makhluk kecil ini, bisa ikut mencerdaskan bangsa.
Sekarang, aku baru sadar sudah 36 hari aku hanya
tidur-tiduran dirumah, niat awal yang ingin lebih produktif lagi menulis,
nyatanya diwaktuku yang luang aku hanya
menunda-nudanya saja. Niat awal aku ingin banyak mengisi waktu luangku untuk
mengelola lahan ku, nyatanya sampai sekarang masih ku tunda-tunda saja, niat
awal aku akan lebih banyak beribadah ya minimal baca al-qur’an bahkan itupun
juga masih kutunda-tunda nanti saja kalau bulan puasa sudah tiba. Niatnya aku
ingin lebih banyak membaca buku nyatanya satu buku pun tidak pernah tuntas
terbaca.
Iya aku tetap di rumah sebagaimana anjuran pemerintah, aku
hanya banyak berangan-angan, sejatinya itu bukan tafakur, sesekali aku aktif beroganisasi
di NU, namun toh juga masih banyak tidurnya, makan, melakukan yang wajib-wajib
belaka, dan akupun terus membiarkan segalanya berjalan dengan sendirinya, lalu menunggu
ada yang menyirami dan memupuk. Segala jenis kesempatan, peluang, tantangan,
kulewatkan begitu saja, sambil kucarikan alasan bahwa “memang saat ini masih
pandemi”. Nanti saja kalau suasanya sudah normal aku akan beraktifitas normal. Nanti
saja dan nanti saja.
Berbeda dari niatan awal untuk tetap produktif dan
berkarya, yang harusnya meningkat karena tiada lagi gangguan-godaan dari luar,
ternyata harapan tiada berbuah menjadi nyata. Baru kutahu, kalau diri ini
begitu lemah dan gemar sekali dimanja nafsu dan kemalasan. Baru kusadar, kalau
situasi diri ini tidak sama dengan yang sering ku katakan. Setiap kali
peringatan dari dalam diri untuk aktif berkarya dan menebar kebaikan itu hadir,
eh bukan kebaikan, maksudku kemanfaatan, kalau sekedar baik dengan diam saja kita sudah dianggap baik, tapi untuk bermanfaat itu butuh perjuangan. namun itu hanya angan-angan belum ku laksanakan sudah berhamburanlah kalimat-kalimat pembantah dan pelena diri, “Nanti saja”,
“Sebentar lagi”, “Menunggu ini dulu”, “Kalau itu sudah jalan saja”, dan lain
sebagainya.
Hadirnya makhluk kecil yang diberi nama corona ini ternyata telah
membuka banyak titik kelemahan dalam kehidupanku. Tidak hanya kelemahan fisik,
tetapi juga kelemahan moral, tak ketinggalan juga kelemahan ruhani. Dulu
kesibukan luar rumah menjadi alasan mengapa aku susah produktif. Dulu juga,
kesibukan dan kurangnya waktu menjadi alasan mengapa tidak banyak kebaikan bisa
aku lakukan untuk diri dan lingkunganku. Masih dulu juga, gangguan dan godaan
dari situasi serta orang-orang disekelilingku menjadi alasan mengapa kecil
sekali kontribusiku untuk kemaslahatan dan kemanfaatan hidup. Ah, semua ini
pasti hanya aku tentunya tidak demikian dengan diri anda...
Nganjuk, 19 April 2020
Kisah yg benar-benar nyata... Ku harap tidak bersambung, sudahi saja
BalasHapus