Dalam perjalan
kepengurusan NU ranting juwet terjadi peristiwa yang sangat menggemparkan dunia
imajiner terutama pada posisi wakil ketua tanfidz.
Pada saat itu
disepakati bahwa yang pertama menjadi wakil tanfidz adalah H. Badru, beliau
dengan kewaskitaanya ternyata sudah mencium aroma mistik ditubuh wakil ketua
sehingga belum pernah sekalipun berani menginjakkan kakinya di setiap
pertemuan.
Pada kali berikutnya
digantikan oleh alm. Bapak Agus Salim dengan berbagai manuvernya untuk
membenahi organisasi yang berbekal pengalaman berorganisanya di PMII maka
terbentuklah sebuah wadah pergerakan yang cukup bisa diacungi jempol sebagai
tonggak sejarah perjalanan organisasi NU yang benar-benar mengarah pada sistem
berorganisasi dengan kata lain beliaulah yang menjam'iyyahkan jamaah, akan
tetapi karena aroma mistik serta begitu sakralnya beliau tidak mampu
melanjutkan.
Sedangkan wakil
tanfidz yang kedua adalah bapak Masruchin, S.Ag, karena setelah Bapak Agus
Salim dipanggil Allalh dialah yang meneruskan tongkat estafetnya, alumnus IAIN Kediri
dan Pondok Pesantren Al-Ishlah Kediri inilah yang telah meletakkan pondasi awal
berorganisasi, sebuah pondasi yang kuat dan kokoh tak tertandingi (tapi bukan
semen). Kombinasi prosedur formal beroganisasi mempu ia formulasikan dengan bentuk
santai dan serius.
Organisasi yang
bersimbol tali jagat yang terlihat longgar ini, beliau maknai bahwa
berorganisasi itu harus membuat bahagia bagi orang yang mengurus dan
mengikutinya, berorganisasi itu tidak kaku, tidak hitam putih, tidak halal
haram, jangan lupa dari hitam putih itu
masih ada abu-abu, orenge, pink dan lain-lain.
Pemuda yang aslinya
berasal dari Baron ini dialah yang juga mampu merekontruksi organsiasi NU di
juwet menjadi organisasi yang selalu pada rel organisasinya, mungkin luasnya
wawasan pengetanuanya menjadikan dia mudah mewadai berbagai perbedaan yang ada,
karena NU itu harus bisa mewadahi perbedaan untuk ditemukan titik persamaanya.
Namun karena satu hal,
yang tidak bisa disebutkan alasanya disini, dia ingin mencoba meregenerasikan
kader agar tetap eksis dimasa yang akan datan, karena sebaik apapun organisasi
sekarang kalau tidak ada kaderisasi/regenerasi tinggal nunggu kehancurannya.
Dengan kondisi seperti
itu maka dia mencoba untuk melanjutkan tongkat estafet kepengurusan pada posisi
wakil ternyata juga tidak bisa bertahan lama karena pasangannya juga tidak kuat
akhirnya juga tidak bisa melanjutkan posisi wakil tanfidz. Jadi wakil 1 beliau
gugur, wakil 2 istrinya yang gugur. Nah sekarang dipegang oleh akhina Kang Ibnu Mundir walaun tidak menghilangkan stutus tugas wakil ketua 1 dan
wakil ketua 2, karena ini sifatnya adalah penambahan. Tidak ada nasakh mansukh
dalam berorganisasi. Semoga bisa melanjutkan dan mampu bertahan ila Yaumil
qiyamah, aamiin ya rabbal 'alamiin
Penulis tidak mau disebut namanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar