Senin, 20 Agustus 2018

Mengenal Aswaja Annahdliyah


MENGENAL ASWAJA ANNAHDLIYAH
Oleh:
Masruchin, S.Ag
(Penulis adalah Wakil Ketua NU Ranting Juwet)

ASWAJA   ???
اهل السنة والجماعة
Berbicara NU tidak bisa lepas dari Aswaja karena keduanya bagai sisi mata uang. Ketika menyebut NU akan terbayang dalam pikiran para imam besar ; al-Asy'ari dan al-Maturidi dalam bidang teologi, imam Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan imam Hambali dalam bidang fiqih, serta imam al-Junaidi dan imam Al-Ghazali dalam bidang tasawuf. Dalam kenyataannya memang NU mengembangkan faham Aswaja yang berpangkal dari pandangan-pandangan mereka. Dari situlah NU selalu menampilkan watak yang fleksibel dalam menyikapi realitas.
APA ITU ASWAJA ?
Aswaja merupakan akronim dari ahlussunah wal jama'ah yang terbentuk dari tiga kata dasar ahl, al-sunnah, dan al-jamaah. Ahl berarti famili, keluarga, kerabat, pengikut aliran atau pengikut madzhab (ashaab al-madzhab). Al-sunnah berarti perilaku yang diambil dari kata sunan yang berarti jalan. Adapun Sunnah menurut istilah terdapat beberapa pendapat:  Menurut ulama' ahlul hadits didefinisikan segala yang dinukilkan dari nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir dan perjalanan hidup nabi.
Adapun menurut ahlul Ushul al-sunnah diartikan sebagai segala sesuatu yang dinukilkan dari nabi Saw secara khusus dan tidak terdapat nashnya dalam Al-Qur'an, tetapi dinyatakan oleh nabi dan menjadi penjelasan isi Al-Qur'an. Sedangkan menurut ahlul fiqh, al-sunnah diartikan sebagai ketetapan dari nabi Saw yang bukan fardhu dan tidak wajib.
Akan tetapi setelah timbul perpecahan di antara golongan-golongan yang bertikai, kemudian diikuti dengan munculnya bid'ah, kata al-sunnah sering digunakan untuk membedakannya dengan ahlul bid'ah, yakni sekelompok manusia yang dinilai gemar menambah ibadah dalam agama berupa sesuatu yang belum pernah ada di zaman nabi Saw dan tidak pula setelah beliau, serta tidak ditemukan dalilnya dalam Al-Qur'an.
Dari beberapa pengertian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa al-sunnah adalah segala sesuatu yang di rujukan kepada perilaku atau jalan yang ditempuh nabi Saw. Akan tetapi, dalam konteks ini pengertian al-sunnah yang diterima dan dipahami oleh masyarakat bukan hanya terbatas pada perilaku yang dirujukan kepada nabi Saw, melainkan juga kepada sahabat nabi Saw.
Al-jama'ah dilihat dari segi bahasa berarti kelompok yang berasal dari kata jama'a yang artinya perhimpunan, sedang pengertian al-jama'ah dari istilah sangat berbeda karena pengaruh setting sosial umat manusia pada saat para ulama' mendefinisikan pada saat itu. Pengertian al-jama'ah menurut imam al-Bukhari adalah , ahlul 'ilmi (kaum intelektual/ulama')  sedangkan menurut imam as-Sarkasi mendefinisikan al-jama'ah sebagai jama'ah kaum muslimin yang termasuk dalam kategori orang-orang yang mempertahankan kebenaran dimana saja mereka berada.
Menurut imam at-Thabari, al-jama'ah adalah golongan mayoritas, ibn al-Mubarrak menafsirkan al-jama'ah sebagai orang-orang yang memiliki sifat-sifat keteladanan yang sempurna berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, sedangkan ulama' lain seperti asy-Syatibi membatasi al-jama'ah hanya kepada para sahabat saja, dan orang-orang sesudah mereka tidak digolongkan sebagai al-jama'ah.
Dengan demikian ahlussunnah wal jama'ah (Aswaja) berarti :
اهل منهج الفكرالدينی المشتمل علی شؤون الحياة ومقتضاياتهاالقاءم علی اساس التوسط والتوازن والتعادل والتسامح
"Orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan dan toleran".
Kemoderatan Aswaja tercermin pada metode pengambilan hukum (istinbaath) yang semata-mata tidak menggunakan nash, namun juga memperhatikan posisi akal. Begitu pula dalam wacana berfikir selalu menjembatani antara Wahyu dengan rasio (al-ra'yu). Metode (manhaj) yang seperti inilah yang diimplementasikan oleh imam madzhab empat serta generasi berikutnya dalam menelorkan hukum-hukum pranata sosial (fiqh). Sifat netral (tawazun) Aswaja berkaitan dengan sikap mereka dalam politik, Aswaja tidak terlalu membenarkan kelompok garis keras (ekstrim).
Akan tetapi bila berhadapan dengan penguasa yang lalim, mereka tidak akan segan-segan mengambil jarak dan mengadakan aliansi. Dengan kata lain, suatu saat bisa akomodatif, suatu saat bisa lebih dari itu meskipun masih dalam batas tawazun.
Ta'adul (keseimbangan) Aswaja terefleksikan pada kiprah mereka dalam kehidupan sosial, cara mereka bergaul serta kondisi sosial budaya mereka. Begitu pula sikap toleran Aswaja tampak dalam pergaulan dengan sesama muslim yang tidak mengkafirkan ahl-qiblat serta senantiasa bertasammuh terhadap sesama muslim maupun umat manusia pada umumnya.
1.      Bahkan hampir semua golongan atau aliran mengklaim dirinya Aswaja kecuali Syi'ah, karena mengacu pada hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
وقال : ستفترق امتي...........................ما انا عليه واصحابي
" .......... mereka yang mengikuti apa yang aku lakukan dan para sahabat ku ". Kenapa Syi'ah tidak mau ? Karena tidak semua sahabat diterima oleh mereka termasuk sahabat abu bakar, Umar , Usman dll.
2.      Yang membedakannya kalau Aswaja NU sebagaimana yang disebutkan oleh imam al-zabidi (w.1205 H) dalam ithaff Sadat Al-Muttaqin (Syarah ihya' Ulumuddin) beliau berpendapat
اذااطلق اهل السنة فاالمرادبه العشعارية والمتردية
"Jika yang disebutkan ahlussunnah, maka yang dimaksud penganut al-Asy'ari dan al Maturidi".
Dari sinilah KH Hasyim Asy'ari menulis dalam kitabnya
رسلة اهل السنة والجماعة ص / ٢٣.
Jadi Aswaja an-nahdliyyah adalah Aswaja yang dalam aqidah (teologi) mengikuti imam al-Asy'ari dan imam al-Maturidi sedang dalam fiqh mengikuti madzhab imam Hanafi, imam Malik, imam Syafi'i, dan imam Hambali adapun dalam bidang tasawuf mengikuti imam Al-Ghazali dan imam al-Junaidi.
Akan tetapi faham diluar NU tidak selalu mengikuti imam-imam yang telah disebutkan tadi. Bahkan ada yang tidak bermazhab dengan jargon kembali pada Al-Qur'an dan al-hadits. Demikian penjelasan singkat semoga temen-temen menambahi terutama yang saat ini mengajar Aswaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar