Senin, 02 Desember 2019

Engkau Bagian Dariku, dan Aku Bagian Darimu

Salah satu akhlak Rasulullah SAW adalah membuat siapapun merasa nyaman berbicara dan bergaul dengan beliau. Orang Arab Badui yang jauh-jauh datang  menemui beliau gemetaran saat berhadapan dengan Nabi. Untuk menenangkannya Nabi mengatakan, seperti direkam dalam Kitab Sunan Ibn Majah (hadis nomor 3303): “aku bukan raja. Aku putra seorang perempuan yang juga senang makan daging dendeng (yang dikeringkan di bawah sinar matahari).”
Lihatlah bukan saja Nabi mengatakan bahwa beliau tidak perlu dihormati sebagaimana raja, tapi beliau juga mencari titik kesamaan antara tradisi Badui dengan apa yang dilakukannya. Dengan cara demikian, Badui itu merasa nyaman.
Pesona Sang Nabi memang luar biasa. Salah satu akhlak yang beliau contohkan adalah membuat semua orang merasa akrab. Ini menyebabkan kita kesulitan menentukan siapa sebenarnya sahabat beliau yang paling dekat. Terhadap Sayyidina Abu Bakar ra beliau bersabda: “seandainya aku diperkenankan mengambil kekasih, tentu aku pilih Abu Bakar” (hadis nomor 447).
Di lain kesempatan Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 3430) menceritakan tatkala Rasul memutuskan pergi dalam perang Tabuk dan meminta Ali bin Abi Thalib ra tinggal di Madinah menjaga anak-anak dan perempuan yang tidak berperang, Sayyidina Ali tetap ingin pergi berperang, lantas Rasul menenangkannya: “Tidak inginkah kamu hai Ali memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi Musa?” Rasul merujuk pada peristiwa Nabi Musa pergi menerima perintah Allah dan memercayakan urusan umat kepada Nabi Harun.
Tentang Sayyidina Umar bin Khattab ra, amat banyak riwayat yang menyebutkan keutamaanya. Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 80) menceritakan mimpi Rasul: “Ketika tidur, aku bermimpi meminum (segelas) susu hingga aku dapat melihat aliran air dari kukuku, kemudian aku berikan (sisanya kepada) ‘Umar”. Orang-orang bertanya; “Apa maknanya (susu tersebut)? Rasulullah menjawab: “Ilmu”.
Pernah terjadi rebutan hak asuh anak Sayyidina Hamzah yang gugur di perang Uhud. Ali mengambilnya dengan alasan, “dia anak perempuan pamanku”. Ja’far mengatakan, “Istriku itu bibinya anak perempuan ini.” Zaid tidak mau kalah dan mengatakan, “Dia anak perempuan saudaraku”. Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 3920) menceritakan bagaimana Rasul kemudian menengahi dengan membuat semua pihak merasa nyaman:
“Bibi adalah pegganti ibu” maka Rasul memberikannya kepada Bibi anak itu. Lantas Rasul berkata kepada Ali, “Engkau bagian dariku, dan aku bagian darimu.” Rasul berkata kepada Ja’far: “Akhlakku menyerupai akhlakmu”. Dan kepada Zaid, Rasul berkata: “Engkau saudara dan maula kami”. Semua menjadi senang dengan keputusan Nabi.
Mari yuk kita terus jaga akhlak kita agar kelak Nabi Muhammad berbisik mesra kepada kita: “Engkau bagian dari umatku, akhlakmu menyerupai akhlakku dan engkaulah saudaraku”. Duh Gusti….
Shallu ‘alan Nabi….

Tabik,

Nadirsyah Hosen

(Artikel diambil dari buku best seller karya Nadirsyah Hosen,  ‘Saring Sebelum Sharing’, Penerbit Bentang Pustaka, 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar