Kamis, 23 Agustus 2018

NU KH. Hasyim Asy'ari dan NU KH. Said Aqil Siroj


NU KH. Hasyim Asy'ari dan NU KH. Said Aqil Siroj
Oleh:
Masruchin, S.Ag
(Penulis adalah Wakil Ketua Ranting NU Desa Juwet)

Kita sering mendengar pendapat : "kembalikan NU ke NU-nya KH. Hasyim Asy'ari" (ada upaya fitnah bahwa NU sekarang sudah menyimpang". Baik, saya akan coba sedikit gambarkan :
Dulu, NU belum memiliki banyak Banom, Lajnah, dan lembaga seperti sekarang. Dulu, NU belum memiliki Cabang di luar negeri. Dulu, NU belum punya website, belum dakwah di dunia Internet. Dulu, NU belum punya channel televisi. Dulu, NU belum punya majalah. Dulu, NU belum punya JATMAN, JQH, LESBUMI, LAKPESDAM, dll...
Apakah harus kembali ke zaman dulu seperti awal menanam? Apakah harus memutar waktu? Apakah ini kemajuan atau penyimpangan?
Ibarat pohon kopi, dulu tahun 1926 baru ditanam. Memiliki dahan dan daun yang dapat dihitung? Belum dapat dipakai berteduh, belum berbuah, belum besar. Nah, sekarang 2018 pohon kopi ini sudah sangat besar. Memiliki tubuh yang sangah besar, tinggi, berdahan banyak, rantingnya banyak, daunnya sangat banyak, panen udah berapa kali tidak terhitung. Sudah bisa dipakai berteduh. Bijinya bisa dinikmati banyak orang, dalam secangkir kopi. Bijinya telah membawa banyak manfaat dan berkah. Dan keuntungannya buat pemilik pohon kopi, penjual kopi, serta penikmat kopi.
Setelah pohon kopi menjadi sangat besar seperti ini, apakah sebuah kesesatan atau kemajuan?  Adakah yang telah menyalahi tujuan penanamnya? Padahal, namanya tetep pohon kopi, tubuhnya tetep satu, sistem fotosintesisnya masih sama, sistem pertumbuhan, pernafasan, dan hidupnya tetap sama. Biji kopinya dari dulu sampai sekarang sama. Tidak ada yang berubah. Pohonnya tetap satu,  makin besar, dahan da rantingnya tambah banyak. Biji kopinya telah panen berkali-kali, dirawat da tumbuh sebagai satu pohon kopi yang kokoh walaupun berganti-ganti musim da cuaca.
Begitu juga NU. Pohon NU. Pohon yang ditanam oleh KH. Hasyim Asy'ari dibantu Ulama-Ulama Besar lainnya. Dirawat dan dikembangkan oleh santri-santrinya. Dan Allah yang menjadikannya. Sekarang sudah sangat besar. Rantingnya sangat banyak. Daunnya sangat banyak. Buahnya sudah tidak terhitung sudah dipanen dan dinikmati masyarakat berapa ribu kali? Pohon ini pendirinya/yang menanam tetap KH. Hasyim Asy'ari, sekarang diwariskan kepada dan dimiliki oleh murid-murid dan anak cucunya. Pucuk pimpinan penjaganya di tahun 2015-2020 adalah KH. Ma'ruf Amin, dan KH. Said Aqil Siroj.
Adakah yang salah jika NU sudah seperti pohon kopi yang sangat besar, rindang, dan lebat berbuah?  Adakah yang salah jika menuntut pohon yang sudah sangat besar ini kembali menjadi seperti di masa awal menanam? Dengan sedikit dahan, ranting, daun, dan belum berbuah?
Jika ternyata ada jenis pohon kopi dengan label yang lain. Itu adalah ormas lain, dengan hal-hal yang berbeda, meniru da jiplak pohon kopi yang ditanan KH. Hasyim Asy'ari. Di sini, saya sedang membicarakan Satu Pohon Kopi yang ditanam KH. Hasyim Asy'ari dan ulama-ulama besar bersamanya. Dijaga, dirawat, dan diwariskan melalui muktamar NU kepada santri dan anak cucunya hingga menjadi sebuah pohon yang besar, kokoh rindang pohonnya, banyak dahan dan rantingnya, banyak daunnya, serta lebat buahnya. Menyalahkan dan menuntut untuk mengilangkan dan mengembalikan pohon kopi yang sekarang kepada kondisi pohon kopi yang ditanam KH. Hasyim Asy'ari, pangkas dahannya, rantingnya, bahkan musnahkan pohonnya, apa itu tindakan sehat?
Kalau di NU, pangkas pengurusnya, bubarkan banom-banomnya, lajnah-lajnahnya, lembaga-lembaganya, cabang-cabang istimewanya, pangkas warga nahdliyinnya, kebalikan NU ke (NU zaman) KH. Hasyim Asy'ari dengan sedikit struktur, sedikit warga, tidak ada cabang di luar negeri, dlsb. Apa itu tindakan yang buruk dan tidak berakal?
Jangan dustakan anugerah dan rahmat dari Allah Rabb semesta Alam. Mari bersyukur, Allah akan menambah nikmat dan karunia ini.
Yang menarik, adakah pohon kopi yang usianya mendekati 100 tahun atau bisa lebih seperti yang saya gambarkan? Ini hanya pendekatan filosofis saja. Hehe
Sekian,
Monggo diseruput kopinya
Salam Kopi Nusantara
Wallahul muwaafiq ilaa aqwamit thoriq.
Wassalamu'alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar