Kamis, 07 Juli 2022

MEMAKNAI IDUL ADHA DARI KACAMATA WANITA

 

MEMAKNAI IDUL ADHA DARI KACAMATA WANITA

Oleh 

Kang Muthok

Pasti kita sudah mengenal sesosok Sayyidah Hajar AS, walaupun mungkin kita hanya mengetahui kisahnya secara lamat-lamat. Beliau bukan hanya wanita, melainkan juga seorang budak, dan berkulit hitam. Sesosok beliau mewakili kelompok etnis sosial  yang rentan mengalami diskriminasi menyedihkan.

Apakah ada ujian yang lebih berat sebagai seorang ibu yang membesarkan anak seorang diri ? di tempat sepi, tengah padang pasir yang tandus lagi. Tangisan bayi yang kehausan membuatnya berlari kesana kemari mencari air sebagai sumber kehidupan. Ini adalah lelakon yang kemudian diabadikan dalam Sa'i, yaitu berlari-lari kecil dari bukit Sofa ke bukit Marwa yang wajib dalam menjalankan ibadah Haji.

Hentakan kaki sang bayi, Ismail AS, yang menangis kehausan kemudian menjadi jalan terbukanya mata air zam-zam yang hingga kini terus mengalir. Sumur air ini berada di tempat yang ayat-ayat Allah nyaris tak pernah terputus dilantunkan. Airnya pun telah diteguk manusia dari segala penjuru dunia melalui jamaah haji. Pasti aku dan kamu juga pernah meneguknya.

Tiba-tiba ketika kehidupan sudah mulai stabil, Suami datang dengan membawa ujian yang tak terkira beratnya bagi Sayyidah Hajar AS. Putera semata wayang yang susah payah beliau asuh seorang diri tiba-tiba diminta untuk diqurbankan. Meski sebelumnya menjalani cinta jarak jauh,  namun Sayyidah Hajar AS tetap merelakan demi Qurban (mendekatkan diri) pada Allah. Kesulitan hidup berdua dengan bayi, ternyata tidak membuatnya menjauh dari Allah bahkan sebaliknya bisa menguatkan.

Mungkin sebagai wanita, dari ras  biasa-biasa bahkan dari kalangan budak, berkulit hitam lagi, membuatnya tidak punya pilihan menolaknya. Namun perjuangan hidupnya yang hingga diabadikan dalam  Sa'i mengisyaratkan keteguhan hatinya untuk  memilih secara bebas untuk tunduk luruh pada perintah Allah Swt.

Rasanya bergetar jika  membayangkan setinggi apa tingkat spiritualitas sesorang yang  jalan hidupnya diabadikan dalam rangkaian ibadah Haji? Ini Bukan ibadah biasa lho gais, ini Haji. Karena  haji adalah ibadah yang istimewa, tidak semua orang bisa menunaikanya bahkan ini adalah Rukun Islam pungkasan. Apalagi beliau Sayyidah Hajar AS berasal dari kelompok sosial biasa-biasa bukan golongan bangsawan, bukan keturuan pejabat pejabat atau anak kyai.

Mari kita refleksikan diri kita masing-masing dari pelajaran dahsyat perayaan Idul Adha. Ada sosok Sayyidah Hajar AS yang kesabarannya tiada habisnya. Ketangguhan mental yang amat kokoh, dan dari sosok Sayyidah Hajar AS ini kita dapat mengambil hikmah bahwa nilai idul adha merupakan puncak pengorbanan cinta dari seorangn ibu yang tulus, sabar dan bersahaja, dan pada perkembangan sejarahnya dari Beliaulah lahir keturunan dan berkembang menjadi peradaban dan bangsa yang besar, serta penutup para Nabi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar