Minggu, 19 April 2020

KESAKRALAN WAKIL TANFIDZ RANTING JUWET (ANTARA MITOS DAN FAKTA)


Dalam perjalan kepengurusan NU ranting juwet terjadi peristiwa yang sangat menggemparkan dunia imajiner terutama pada posisi wakil ketua tanfidz.
Pada saat itu disepakati bahwa yang pertama menjadi wakil tanfidz adalah H. Badru, beliau dengan kewaskitaanya ternyata sudah mencium aroma mistik ditubuh wakil ketua sehingga belum pernah sekalipun berani menginjakkan kakinya di setiap pertemuan.
Pada kali berikutnya digantikan oleh alm. Bapak Agus Salim dengan berbagai manuvernya untuk membenahi organisasi yang berbekal pengalaman berorganisanya di PMII maka terbentuklah sebuah wadah pergerakan yang cukup bisa diacungi jempol sebagai tonggak sejarah perjalanan organisasi NU yang benar-benar mengarah pada sistem berorganisasi dengan kata lain beliaulah yang menjam'iyyahkan jamaah, akan tetapi karena aroma mistik serta begitu sakralnya beliau tidak mampu melanjutkan.
Sedangkan wakil tanfidz yang kedua adalah bapak Masruchin, S.Ag, karena setelah Bapak Agus Salim dipanggil Allalh dialah yang meneruskan tongkat estafetnya, alumnus IAIN Kediri dan Pondok Pesantren Al-Ishlah Kediri inilah yang telah meletakkan pondasi awal berorganisasi, sebuah pondasi yang kuat dan kokoh tak tertandingi (tapi bukan semen). Kombinasi prosedur formal beroganisasi mempu ia formulasikan dengan bentuk santai dan serius.
Organisasi yang bersimbol tali jagat yang terlihat longgar ini, beliau maknai bahwa berorganisasi itu harus membuat bahagia bagi orang yang mengurus dan mengikutinya, berorganisasi itu tidak kaku, tidak hitam putih, tidak halal haram, jangan lupa  dari hitam putih itu masih ada abu-abu, orenge, pink dan lain-lain.
Pemuda yang aslinya berasal dari Baron ini dialah yang juga mampu merekontruksi organsiasi NU di juwet menjadi organisasi yang selalu pada rel organisasinya, mungkin luasnya wawasan pengetanuanya menjadikan dia mudah mewadai berbagai perbedaan yang ada, karena NU itu harus bisa mewadahi perbedaan untuk ditemukan titik persamaanya.
Namun karena satu hal, yang tidak bisa disebutkan alasanya disini, dia ingin mencoba meregenerasikan kader agar tetap eksis dimasa yang akan datan, karena sebaik apapun organisasi sekarang kalau tidak ada kaderisasi/regenerasi tinggal nunggu kehancurannya.  
Dengan kondisi seperti itu maka dia mencoba untuk melanjutkan tongkat estafet kepengurusan pada posisi wakil ternyata juga tidak bisa bertahan lama karena pasangannya juga tidak kuat akhirnya juga tidak bisa melanjutkan posisi wakil tanfidz. Jadi wakil 1 beliau gugur, wakil 2 istrinya yang gugur. Nah sekarang dipegang oleh akhina Kang Ibnu Mundir walaun tidak menghilangkan stutus tugas wakil ketua 1 dan wakil ketua 2, karena ini sifatnya adalah penambahan. Tidak ada nasakh mansukh dalam berorganisasi. Semoga bisa melanjutkan dan mampu bertahan ila Yaumil qiyamah, aamiin ya rabbal 'alamiin

Penulis tidak mau disebut namanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar