Minggu, 15 Desember 2019

Artikel Komunikasi Organisasi Ranting NU Juwet


Menggagas Strategi Komunikasi Pemimpin Organisasi yang Efektif
(Sebuah Tinjauan Rutinan Safari Ngopi di Ranting NU Desa Juwet) 
Oleh:
A. Izzul Muthok (Sekretaris NU Ranting Juwet)


ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji tentang proses komunikasi yang berkaitan langsung dengan kepemimpinan di organisasi paling bawah yaitu di Ranting NU Desa Juwet. Dalam mengutip teori komunikasi, penulis lebih banyak mengambil dari disiplin ilmu komunikasi dan psikologi,  namun dalam relevansinya dengan komunikasi pemimpin di Ranting NU Juwet penulis mencoba menggabungkan teori komunikasi dengan beberapa pengalama empiris penulis di Ranting NU Juwet dan mencoba menformulasikan kedalam gagasan baru tentang strategi komunikasi pemimpin yang efektif. Sehingga menghasilkan kesimpulan: Strategi komunikasi pemimpin Ranting NU Juwet yang efektif diantaranya adalah strategi memberi tahu, strategi memotivasi, strategi mendidik, strategi menyebarkan informasi, strategi ligitimasi keputusan, strategi mentradisikan komunikasi tertulis, strategi keteladanan yang kesemuanya itu didapat dalam acara rutinan safari Ngopi. Cara menilai komunikasi yang efektif adalah apakah pesan tersampaikan sesuai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin dan terbangun relasi dan interaksi yang baik dengan stakeholder.


A.      Pengantar
Revolusi digital atau biasa disebut dengan industri 4.0 yang terjadi di era sekarang secara istiqomah telah mempengaruhi segala sendi kehidupan bermasyarakat, di mana proses komunikasi  diambil alih oleh mesin. Peran manusia dalam komunikasi secara langsung seakan-akan dianggap kurang efisien lagi karena melibatkan emosi dan sarat akan kepentingan.
Manusia dipaksa untuk hidup seefisien mungkin sebisa mungkin mendekati mesin. Banyak profesi-profesi yang terberangus digantikan mesin. Politik rebutan kekuasaan atau acara bikin pemimpin tandingan ditekan seminimal mungkin. Para megalomaniac kehilangan ajang untuk berebut pengaruh. Mesin jadi nabi, mesin jadi idola baru, meski demikian sebagai manusia yang hidup di era posmodern kita tidak bisa munafik dapat hidup tanpa adanya mesin digital.
Sepertinya sangat diperlukan menempatkan fitrah kepemimpinan sebagai fungsi pencapaian tujuan. Pemimpin harusnya jadi agen katalisator, sebagai penggerak segala aspek kemajuan kelompoknya dengan ide-ide dan tindakan yang baik, berfokus pada tujuan, bukan kepentingan individu, tidak hanya sebagai lambang atau simbol saja, bisa menjadi tempat konsultasi, berpartisipasi aktif dalam kebijakan dan program, serta mampu mendelegasikan instruksi dengan jelas.
Enak ngomongnya, dalam praktiknya susah, karena masih ada pengaruh emosional dalam setiap individu. Baik pemimpin maupun yang dipimpin harus bisa menyelesaikan konflik antara kepentingan pribadi dengan tujuan organisasi. Harus menggunakan proses dialektis untuk menyelesaikan konflik, tesis dibandingkan dengan antitesis untuk selanjutnya dibuat sintesisnya. Bukan dengan cara ngotot yang paling benar ataupun ngambeg dan mengancam jika tidak diakomodasi pendapatnya.
Pun di organisasi keagamaan atau sebut saja di Ranting NU Juwet komunikasi merupakan jembatan penghubung antara pimpinan dan yang dipimpinnya, atau pemimpin dengan pimpinan di atasnya. Jika dalam komunikasi terjadi gangguan yang mengakitbatkan terputusnya jembatan penghubung tersebut sudah dapat dipastikan bahwa organisasi Ranting NU Juwet akan mengalami ketimpangan, roda organsasi tidak akan jalan, kerja pengurus  bahkan stakeholder  akan mandeg, akibatnya tujuan organisasi tidak akan tercapai, kepercayaan masyarakat akan berkurang, murid habis dan puncaknya Ranting NU Juwet akan tutup alias marjer.
Itulah gambaran sekilas tentang pentingnya komunikasi dalam organisasi, yang mendorong penulis untuk mengangkat tema artikel “Menggagas Strategi Komunikasi Pemimpin yang Efektif (Sebuah Tinjauan Rutinan Safari Ngopi di Ranting NU Desa Juwet)
B.       Pembahasan
1.      Proses komunikasi dalam Tinjauan Teori
a.      Pengertian Proses Komunikasi
Menurut hemat penulis banyak sekali pendapat ahli yang menjelaskan tentang komunikasi atau proses komunikasi, masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendiri tergantung latar belakang yang mendefinisikan. Beberapa definisi komunikasi yang diambil penulis dari beberapa tokoh diantaranya:
1.    S.L Tubbs menyatakan komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih
2.     Kincaid and Scharaum menyatakan komunikasi adalah seni bergaul, memaknai proses dan secara kreatif menerapkan pengetahuan.
3.    Hoveland menyatakan komunikasi adalah perangsang perangsang untuk mengubah tingkah laku.
Dalam artikel ini, penulis lebih cocok  terhadap definisi komunikasi yang dikemukakan oleh Hovland, yaitu komunikasi sebagai proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan). Definisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai fokus tentang perubahan sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Vardiansyah menyatakan Efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat dilihat dari perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak, efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi, sedangkan dampak akan timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai seseorang. Efek behavioral berhubungan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola, tindakan kegiatan atau kebiasaan berperilaku.[1]
b.      Tahapan Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.  Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:
1.    Penginterprestasian, yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap 1 bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan  masih abstrak. Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.
2.    Penyandian, tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi : merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3.    Pengiriman, proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.
4.    Perjalanan, terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5.    Penerimaan, tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.
6.    Penyandian balik, tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).
7.    Penginterpretasian, tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komuikasi berhasil diurai dalam bentuk pesan.[2]
c.       Teori Proses Komunikasi
a.    Perspektif psikologis
Perspektif ini merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.[3]
b.    Perspektif mekanis
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa verbal/non verbal. Komunikasi ini dibedakan :
a.    Proses komunikasi primer
Adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media.
b.    Proses komunikasi sekunder
Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama.
c.    Proses komunikasi linier
Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
d.   Proses komunikasi sirkular
Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.
d.      Komponen dalam Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar  yaitu penerima pesan, pengirim pesan, pesan.[4]
Semua fungsi manajer melibatkan  proses komunikasi. Proses komunikasi  dapat dilihat pada skema dibawah ini : 



1.    Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide  untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan  atau diekspresikan  oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a.     Informasi
b.    Ajakan
c.     Rencana kerja
d.    Pertanyaan dan sebagainya
2.    Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat  dipahami oleh  orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3.    Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4.    Mengartikan kode/isyarat
Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul  dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti/dipahaminya.
5.    Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan  dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim
6.    Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting  bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari pengamatan pemberi balikan  terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan  menggambarkan perilaku penerima pesan  sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan  kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
7.    Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi  akan tetapi mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu. Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat  komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya.[5]
e.       Pentingnya Komunikasi Bagi Seorang Pemimpin
Komunikasi adalah bagian paling penting bagi para pemimpin karena komunikasi yang efektif merupakan salah satu strategi kepemimpinan. Komunikasi yang efektif bagi para pemimpin berarti cara pemimpin dalam berkomunikasi yang bertanggung jawab dan efektif. Efektif dalam berkomunikasi berguna untuk membangun hubungan dan kepercayaan dan rasa hormat.[6]
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi, seperti, sekolah, perusahaan dan sebagainya. Selain itu, kepemimpinan harus menerapkan komunikasi yang efektif kecuali para pemimpin tidak dapat mencapai tujuan komunikasi. Hal ini karena, para pemimpin dapat mempengaruhi dan membujuk orang menuju visi dan inspirasi. Khususnya, seorang pemimpin adalah orang yang menghabiskan banyak waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui komunikasi tertulis, verbal dan nonverbal. Para pemimpin yang tidak mengerti bagaimana untuk berkomunikasi secara efektif akan membuat organisasi yang dipimpinnya menjadi bangkrut atau tidak berkembang.[7]
Komunikasi adalah bagian penting dari segala sesuatu dalam hidup. Terutama bagi para pemimpin yang memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan makna serta membujuk dan mempengaruhi orang. Secara umum, komunikasi berarti proses untuk mengirimkan informasi dari satu orang ke orang lain atau kelompok ke kelompok lain. Para pemimpin yang memiliki keterampilan berkomunikasi akan memahami proses komunikasi dan menyampaikan pesan dengan menggunakan teknik dan strategi yang tepat. Para pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tertulis maupun lisan dalam memberikan pesan. Kadang-kadang, para pemimpin sulit untuk mentransfer informasi karena hambatan komunikasi. Hambatan biasanya datang karena salah tafsir. Efektivitas komunikasi mungkin menjadi indikator untuk menjadi pemimpin yang sangat baik. Pemimpin adalah sebagai juara komunikasi untuk berkomunikasi tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membujuk dan mempengaruhi orang. Para pemimpin harus mengetahui cara-cara untuk meningkatkan komunikasi dan mencari tahu cara untuk menghilangkan hambatan komunikasi.[8]
Kesuksesan organisasi sangat dipengaruhi oleh kapabilitas dan kompetensi masing-masing individual dan kerjasama antar anggota tim dalam organisasi. Dalam menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya komunikasi.  Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi maupun adaptasi organisasi terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis yang ada sehingga organisasi bisa tetap survive bahkan meraih keunggulan kompetitifnya. Melalui komunikasi yang baik antar individu dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam organisasi maupun diluar organisasi, organisasi dapat memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Untuk mengembangkan komunikasi yang baik ini diperlukan peran aktif manajer maupun bawahan melalui aplikasi beberapa teknik yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.[9]

2.      Strategi Komunikasi Pimpinan di Ranting NU Juwet yang Efektif
a.      Strategi Memberi Tahu
Strategi ini dapat digunakan oleh kepala Ranting NU Juwet untuk pemberitahuan. Misalkan mengenai pelaksanaan rapat koordinasi dengan pengelola Ranting NU Juwet seperti rapat dengan banom dan pihak organisasi eksternal. Menggunakan berbagai metode komunikasi dalam strategi memberi tahu yang pada umumnya berbentuk komunikasi tertulis tersebut merupakan cara yang tepat. Hal tersebut juga di uangkapkan oleh Alo Liliweri, komunikasi secara tertulis memiliki keunggulan yaitu lebih formal hemat waktu, pesan dapat dibaca dengan jelas, rekaman tulisan bersifat permanen, efektif untuk pesan yang rinci dan mengandung gagasan kompleks, lebih efektif ketika mencari pesan-pesan yang tertinda (membuka arsip), pesan semakin akurat meskipun melewati beberapa orang, tidak membutuhkan pembaca di waktu dan tempat yang sama, dan hanya menggunakan sedikit informasi nonverbal. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tertulis tidak memiliki kelemahan. Komunikasi tertulis memiliki kelemahan di antaranya umpan balik tertunda, dan kurang efektif untuk pesan-pesan visual.[10]
b.      Strategi Memotivasi
Strategi memberi motivasi ini dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang berkenaan dengan pengembangan organisasi. Namun dalam hal ini, pesan atau informasi yang disampaikan oleh ketua Ranting NU Juwet biasanya belumlah tuntas karena masih ada informasi yang masih harus dicari dan ditindaklanjuti sendiri oleh pengurus. Metode yang digunakan dalam strategi memotivasi pada umumnya berbentuk metode komunikasi lisan dan komunikasi nonverbal, dan khusus untuk pengurus, terkadang ditambah dengan komunikasi tertulis.
c.       Strategi Menyebarkan Informasi
Strategi menyebarkan informasi dapat digunakan oleh kepala Ranting NU Juwet untuk menyampaikan informasi berkenaan dengan penerapan informasi baru dari MWCNU Ngronggot, PCNU Nganjuk, maupun PWNU Jawa timur dan PBNU
d.      Strategi Ligitimasi Keputusan
Strategi ini dapat digunakan untuk menyampaikan program tahunan ataupun program jangka menengah atau program sejenis di Ranting NU Juwet. Selain itu, strategi mendukung pembuatan keputusan juga digunakan untuk menyampaikan program-program tersebut ke masyarakat desa Juwet.
Jadi, sebuah ide atau gagasan baru yang kemudian tertuang ke dalam program Ranting NU Juwet akan disampaikan kepada organisasi di atasnya ketika sudah ada kepastian bahwa program tersebut dapat terlaksana. Apabila ide atau gagasan baru tidak memiliki kepastian untuk bisa dilaksanakan, baik karena kendala dari aspek dana, aspek jaringan, maupun sumber daya manusia, atau bahkan berseberangan dengan ideologi NU.
e.       Strategi Mentradisikan Komunikasi Tertulis 
Pengurus Ranting NU Juwet melakukan sejumlah upaya pengembangan strategi komunikasi untuk pengembangan. Upaya-upaya tersebut lebih ditekankan melalui penguatan penggunaan komunikasi tertulis, komunikasi noverbal dan komunikasi media elektronik.
Penguatan metode komunikasi tertulis dilakukan agar terjadi komunikasi yang berkesinambungan antara pemimpin sebelumnya, pemimpin sekarang dan pemimping dimasa yang akan datang. Untuk itu, komunikasi lisan tetap dipergunakan dalam konteks pengembangan Ranting NU Juwet namun komunikasi tertulis lebih diperkuat. Jadi berbagai kegiatan harus ada undangan rapat secara tertulis dan resmi selain disampaikan secara lisan, kemudian kegiatan-kegiatan pertemuan harus tercatat dalam notulen yang rapi dan sistematis, berbagai program dan kegiatan dibuatkan surat keputusan pelaksanaan dan surat penugasannya, di samping itu semua kegiatan harus dibuat laporannnya. Dengan demikian, bukti kinerja Ranting NU Juwet terdokumentasi dengan baik dan permanen.
Dalam konteks ini, strategi tersebut sangatlah tepat. Merujuk karakteristik dari komunikasi formal, sebagaimana diungkapkan Alvonco, yaitu komunikasi terjadi dalam konteks kerja atau untuk kepentingan organisasi, dan dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dalam kapasitas jabatannya. Di samping itu, komunikasi terjadi melalui jalur hierarki sesuai dengan pembagian tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya untuk mencapai tujuan organisasi.[11] Oleh karena itu, pilihan melakukan penguatan metode komunikasi tertulis dalam strategi komunikasi pengembangan Ranting NU Juwet menurut pandangan Alo Liliweri, Karena komunikasi tertulis bersifat formal, rekaman tulisan bersifat permanen, pesan semakin akurat meskipun melewati beberapa orang, efektif untuk pesan yang rinci dan gagasan kompleks, dan tidak dibutuhkan pembaca di waktu dan tempat yang sama.[12]
f.       Strategi Keteladanan
Keteladanan dalam bentuk sikap dan tindakan dalam bekerja merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal adalah cara berkomunikasi dengan mengirimkan informasi dalam bentuk simbol-simbol nonverbal. Memberdayakan komunikasi nonverbal dalam strategi komunikasi pengembangan Ranting NU Juwet merupakan langkah yang tepat. Seperti diungkapkan Alo Liliweri, berkomunikasi dengan simbol nonverbal ternyata mempunyai kekuatan tertentu. Albert Mehrabain dalam bukunya Nonverbal Communication sebagaimana dikutip Liliweri mengatakan, setiap manusia menyatakan makna emosinya melalui saluran verbal yang eksplisit sebesar 7%. Sekitar 38% manusia berkomunikasi dengan paralinguistik, yakni berdasarkan suara, dan sekitar 55% melalui pernyataan nonverbal yang meliputi isyarat, tampilan tubuh, dan pernyataan wajah. Dengan kata lain, mayoritas manusia berkomunikasi secara nonverbal dalam kehidupannya.[13]

3.      Cara Menilai Komunikasi yang Efektif
Berbekal teori yang kemukakan oleh Alo Liliweri penulis mencoba mengalisis tentang efektif atau tidaknya komunikasi pemimpin madrasah, setidaknya ada 2 hal pokok untuk mengukur afektif atau tidaknya strategi komunikasi pemimpin Ranting NU Juwet diataranya adalah:
a.    Pesan Tersampaikan sesuai Tujuan yang diharapkan
Cara penilaian efektivitas strategi komunikasi yang dilakukan oleh kepala madrasah, penulis  menggunakan pandangan Alo Liliweri, yang menyatakan bahwa kemampuan orang untuk menyampaikan semua maksud atau isi hati secara profesional sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang ia tampilkan secara prima merupakan salah satu indikator efektivitas komunikasi.[14] Begipula dengan pandangannya yang lain yang mengatakan bahwa untuk sebuah komunikasi yang efektif, seorang pendengar perlu mengerti makna yang orang lain katakan dan dapat mengekspresikan makna itu kembali kepada pengirim pesan. Ketika kita berkomunikasi maka kita sering mengajukan pertanyaan kepada orang lain, "Apakah Anda mengerti apa yang saya maksudkan? Jelas di sini maksudnya komunikan (pihak yang diajak berkomunikasi) tidak cukup mengatakan, "Saya mendengar kata-kata yang Anda ucapkan", tetapi pendengar harus mengerti makna pesan dan merespon pesan itu kembali daam suatu tindakan tertentu. Misalnya mengatakan, "Ya saya mengerti maksud Anda" atau "Saya mendengar namun tidak mengerti apa yang Anda maksudkan.[15]
b.    Terbangun relasi dan interaksi yang baik dengan stakeholder
Strategi komunikasi yang berhasil adalah jika mampu menjadikan kepala Ranting NU Juwet mampu menjalin hubungan atau relasi yang baik dengan organisasi di atasnya, perangkat desa, dan masyarakat. Untuk itu, indikator lain mengenai strategi komunikasi yang efektif adalah pasca komunikasi apakah kemudian terbangun sebuah relasi yang semakin akrab atau tidak.
Menurut pendapat Alo Liliweri yang menyatakan bahwa indikator efektivitas komunikasi adalah kemampuan orang untuk berinteraksi secara baik dan sekaligus menyesuaikan budaya pribadi dengan budaya yang sedang dihadapinya. Namun, efektivitas komunikasi tidak ditentukan hanya karena setiap orang sudah melakukan interaksi, relasi, dan komunikasi sesuai dengan peranan (profesi). Selain itu, yang terpenting dalam komunikasi yang efektif adalah kemampuan seorang komunikator untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi, dan komunikasi di antara dua budaya organisasi.[16]
C.      Penutup
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan
1.      Teori tentang proses komunikasi adalah ada 7 tahapan proses komunikasi yaitu penginterprestasian, penyandian, pengiriman, perjalanan, pengiriman, penerimaan, penyandian balik, penginterpretasian. Ada dua teori proses komunikasi yaitu perspektif psikologi dan perspektif mekanis. Komponen dalam proses komunikasi yaitu penerima pesan, pengirim pesan, pesan.
2.      Strategi komunikasi pemimpin Ranting NU Juwet yang efektif diantaranya adalah strategi memberi tahu, strategi memotivasi, strategi mendidik, strategi menyebarkan informasi, strategi ligitimasi keputusan, strategi mentradisikan komunikasi tertulis, strategi keteladanan.
3.      Cara menilai komunikasi yang efektif adalah pesan tersampaikan sesuai tujuan yang diharapkan, terbangun relasi dan interaksi yang baik dengan stakeholder.



DAFTAR PUSTAKA

Alvonco, Johnson. Practical Communication Skill. Jakarta: Elex Media Komptindo, 2014.
Green, R.L. Enhancing Leadership Effectiveness through Communication. In R.L. Green (2nd Ed.). Practicing the Art of Leadership: A problem-based approach to Implementing the ISSLG Standards (pp.85-115). (New Jersey: Pearson Education Inc, 2005.
Liliweri, Alo Sosiologi dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2014
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Munalullaili, “Komunikasi Efektif Bagi Seorang Pemimpin”, Wardah (No. 25/ Th. XXIV/Desember 2012)
Nurrohim, Hassa “ Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi”,  Jurnal Manajemen, Vol.7, (No.4, Mei 2009), 8
Sulaksana, Uyung. Integrated Marketing Communications. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Vardiansyah. pengantar ilmu komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. 
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo, 2010.


[1] Vardiansyah, pengantar ilmu komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), 36. 
[2] Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2010)  47 
[3] Uyung Sulaksana, Integrated Marketing Communications. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 14
[4] Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, 60
[5] Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, 65
[6] Green, R.L. Enhancing Leadership Effectiveness through Communication. In R.L. Green (2nd Ed.). Practicing the Art of Leadership: A problem-based approach to Implementing the ISSLG Standards (pp.85-115). (New Jersey: Pearson Education Inc, 2005), 44
[7] Munalullaili, “Komunikasi Efektif Bagi Seorang Pemimpin”, Wardah (No. 25/ Th. XXIV/Desember 2012), 166
[8] Ibid.,
[9] Hassa Nurrohim, “ Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi”, Jurnal Manajemen, Vol.7, (No.4, Mei 2009), 8.
[10] Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 377-378
[11] Johnson Alvonco, Practical Communication Skill (Jakarta: Elex Media Komptindo, 2014),  141-142
[12] Alo Liliweri, Sosiologi dan Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 377-­378
[13]  Ibid.,  376
[14] Alo Liliweri, Sosiologi dan Komunikasi Pendidikan, 394.
[15] Ibid., 395
[16]   Ibid., 394

Tidak ada komentar:

Posting Komentar