Selasa, 09 Juli 2019

Artikel Manajemen Organisasi


MANAJEMEN ORGANISASI PERSPEKTIF HADITS
Sebuah Tinjauan Teoritik
Oleh:
M. Wahyu Ugo Istunggal (Penulis adalah Ketua Pimpinan Ranting Ansor Desa Juwet)
A. Pendahuluan
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada, manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung, baik disadarai ataupun tidak disadari.
Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Pada dasarnya ajaran islam yang tertuang dalam Al-Qur'an dan As Sunnah mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan teratur merupakan contoh konkrit adanya manajemen yang mengarah kepada keteraturan. Puasa, haji dan amaliyah lainnya merupakan pelaksanaan manajemen yang monomintal. Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam perspektif islam. Manajemen itu telah ada paling tidak ketika Allah menciptakan alam semesta beserta isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhluk- makhluknya lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai khalifah memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut.
Al Quran dan hadits diyakini mengandung prinsip dasar menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Penafsiran atas Al Quran dan Hadits perlu senantiasa dilakukan. Hal ini penting dilakukan, sebab pada satu sisi wahyu dan kenabian telah berakhir sedangkan pada sisi yang lain kondisi zaman selalu berubah seiring dengan perkembangan pemikiran manusia dan tetap mutlak diperlukannya petunjuk yang benar bagi manusia.
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial, sehingga eksistensinya dipengaruhi oleh interaksi dengan manusia lain. Di dalam berinteraksi antar individu hingga yang lebih luas mustahil tanpa adanya kiat-kiat atau manajemen. Sudah menjadi kepastian, bahwa Al Quran dan Hadits menjadi referensi dan pandangan hidup dalam aspek kehidupan umat Islam seperti manajemen. Bagaimana Al Quran dan Hadits memandang konsep manajemen? Semua akan dipaparkan pada sub bahasan selanjutnya.

B. Pembahasan
1.    Pengertian Manajemen
Dalam Webster, News Collegiate Dictionary disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to manage berasal dari bahasa Italia "managgio" dari kata "managgiare" yang diambil dari bahasa Latin, dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.1
Kata manage dalam kamus tersebut diberi arti: (1) to direct and control (membimbing dan mengawasi); (2) to treat with care (memperlakukan dengan seksama); (3) to carry on business or affair (mengurus perniagaan, atau urusan/persoalan); (4) to achieve one's purpose (mencapai tujuan tertentu). Pengertian manajemen dalam kamus tersebut memberikan gambaran bahwa manajemen adalah suatu kemampuan atau ketrampilan membimbing, mengawasi dan memperlakukan/mengurus sesuatu dengan seksama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Istilah manajemen sebenarnya mengacu kepada proses pelaksanaan aktifiitas yang diselesaikan secara efisien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Terry memberikan defenisi: "management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources"[1] Maksudnya manajemen sebagai suatu proses yang jelas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang dilaksanakan untuk menentukan serta melaksanakan sasaran/tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber daya dan sumber-sumber lainnya. Arifin Abdurrachman sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, memberikan pengertian manajemen merupakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana.[2]
2.    .Fungsi Manajemen
Berbicara masalah manajemen tentunya tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada yaitu (POAC) planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Dan empat komponen tersebut di jelaskan di beberapa ayat al-Qur'an dan Hadits. Untuk lebih jelasnya maka akan penulis uraikan satu persatu sebagai berikut:
a.    Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Anderson memberikan definisi perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.
Menurut F. E. Kast dan Jim Rosenzweig, perencanaan adalah suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas keseluruhan usaha-usaha, sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan organisasi yang bersangkutan. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah dan setrategi serta titik awal kegiatan agar dapat membimbing serta memperoleh ukuran yang dipergunakan dalam pengawasan untuk mencegah pemborosan waktu dan faktor produksi lainnya[3].
Hiks dan Guelt menyatakan bahwa perencanaan berhubungan dengan :
1)      Penentuan dan maksud - maksud organisasi
2)      Perkiraan- perkiraan ligkungan di mana tujuan hendak dicapai
3)      Penentuan pendekatan dimana tujuan dan maksud organisasi hendak dicapai.[4]
Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah:
1)      Perumusan tujuan yang ingin dicapai
2)      Pemiihan program untuk mencapai tujuan itu
3)      Identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.[5]
Perencanaan yang baik dilakukan untuk mencapai: 1) "Protective benefits" yaitu menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik/metode memiliki relevansi yang tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga dapat mengurangi resiko keputusan. 2) "Positive benefits" yaitu produktivitas dapatmeningkat sejalan dengan dirumuskannya rencana yang komprehensif dan tepat. [6]
Mengenai pentingnya suatu perencanaan, ada beberapa konsep yang tertuang dalam Al Qur'an dan Al Hadits. Di antara ayat Al Quran yang terkait dengan fungsi perencanaan adalah:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Hasyr ayat 18).
Perencanaan yang baik akan dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang akan diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana di buat. Perencanaan merupakan aspek penting dari pada manajemen. Keperluan merencankan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan masa depan yang menentu tetapi menciptakan masa depan itu. Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau. Keadaan sekarang dan disertai dengan usaha-usaha yang akan dilaksanakan. Dengan demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar memilih alternatif masa depan yang akan dikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya, dalam hal ini manajemen yang akan diterapkan seperti apa, sehingga dengan dasar itulah maka suatu rencana akan terealisasikan dengan baik.[7]
Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai berikut :
1)        Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetakan tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencnaan haruslah bisa membedakan poin pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.
2)        Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui tujuan-tujuan yang akan di capai.
Dapat  memudahkan  kegiatan  untuk  mengidentifikasikan  hambatan hambatan yang akan mngkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.[8] Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai sekarang adalah peristiwa khalwat dari Rasulullah di gua hira. Tujuan Rasulullah Saw berkhalwat dan bertafakkur dalam gua Hira' tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat Mekkah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, dan mencapai ma'rifat serta mengetahui rahasia alam semesta.
Pada usia 40 tahun, dalam keadaan khalwat Rasulullah Saw menerima wahyu pertama. Jibril memeluk tubuh Rasulullah Saw ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril tersebut merupakan terapi menghilangkan segala perasaan takut yang terpendam di lubuk hati beliau. Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah Saw tersentak walau kemudian membalasnya. Sebuah tindakan refleks yang melambangkan sikap berani. Setelah kejadian itu, Rasulullah Saw tidak pernah dihinggapi rasa takut, apalagi bimbang dalam menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia.
Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, ini dibuktikan dengan wahyu pertama di atas yang disampaikan Rasulullah Saw bagi pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang, laki-laki dan perempuan. Rasulullah Saw diutus dengan tujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itulah yang menjadi visi pendidikan pada masa Rasulullah Saw.
Contoh lain dari perencanaan yang dilakukan Rasulullah Saw dapat ditemukan ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah (shulhul Hudaibiyyah). Dariperjanjian tersebut terkesan Rasulullah Saw kalah dalam berdiplomasi dan terpaksa menyetujui beberapa hal yang berpihak kepada kafir Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti sebaliknya setelah perjanjian tersebut disepakati. Disinilah terlihat kelihaian Rasulullah Saw dan pandangan beliau yang jauh ke depan. Rasulullah Saw adalah insan yang selalu mengutamakan kebaikan yang kekal dibandingkan kebaikan yang hanya bersifat sementara. Walaupun perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah Saw menerimanya karena memberikan manfaat di masa depan saat umat Islam berhasil membuka kota Mekkah (fath al Makkah) pada tahun ke-8 Hijriyah (dua tahun setelah perjanjian Hudaibiyah).
b.    Pengorganisasian (organizing)
Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumberdaya dan teknik/metode yang digunakan untuk mencapai tujuan, lebih lanjut manajer melakukan upaya pengorganisasian agar rencana tersebut dapat dikerjakan secara sukses.
Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasiakan dan mendistribusiakan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi. Stoner menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesipik atau beberapa sasaran.[9]
Menurut Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.[10] Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja.[11]
Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama ini diadakan pembagian untuk menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan. Sistem ini harus senantiasa mempunyai karakteristik antara lain:
1)      Ada kominikasi antara orang yang bekerja sama
2)      Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama
3)      Kerja sama itu ditunjukan untuk mencapai tujuan.
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakkan oleh kebatilan yang tersusun rapi.
Ali Bin Talib berkata : "Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi".
Proses organizing yang menekankan pentingnya tercipta kesatuan dalam segala tindakan sehingga tercapai tujuan, sebenarnya telah dicontohkan di dalam Al Qur'an. Firman Allah dalam surat Ali imran ayat 103 menyatakan:
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S.Ali Imran ayat 103).
Selanjutnya al-Qur'an memberikan petunjuk agar dalam suatu wadah, tempat, persaudaraan, ikatan,  organisasi,  kelompok, janganlah timbul  pertentangan, perselisihan, perscekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan, runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Firman Allah :
Artinya : Dan taatilah Allah dan RasulNya, jangalah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Anfal: 46)
Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan. Sementara itu pengorganisasian dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, Ramayulis menyatakan bahwa "Pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Islam, baik yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan. Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi yaitu kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam".
Dalam kaitannya dengan pengorganisasian, Rasulullah SAW telah mencontohkan ketika memimpin perang uhud. Ketika pasukan Islam pimpinan Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan angkatan perang kafir Quraish di dekat gunung Uhud. Nabi SAW mengatur strategi peperangan dengan sempurna dalam hal penempatan pasukan. Beberapa orang pemanah ditempatkan pada suatu bukit kecil untuk menghalang majunya musuh. Pada saat perang berkecamuk, awalnya musuh menderita kekalahan. Mengetahui musuh kocar-kacir, para pemanah muslim meninggalkan pos-pos mereka di bukit untuk mengumpulkan barang rampasan. Pada sisi lain, musuh mengambil kesempatan ini dan menyerang angkatan perang muslim dari arah bukit ini. Banyak dari kaum Muslim yang mati syahid dan bahkan Nabi SAW mengalami luka yang sangat parah. Orang kafir merusak mayat-mayat kaum Muslim dan menuju Makkah dengan merasa suatu kesuksesan .
Dari cerita sejarah Nabi Muhammad SAW yang tertulis di atas, dapat diketahui suatu tindakan pengorganisasian. Nabi Muhammad memerintahkan kepada pasukan pemanah untuk tetap berada di atas bukit dalam keadaan apapun. Ternyata pasukan pemanah lalai dari perintah atasan, kemudian mereka meninggalkan tempat tugasnya dari atas bukit untuk mengambil harta rampasan ketika musuh lari kocar-kacir. Tanpa disadari musuh menyerang balasan dari sebelah bukit yang berakibat pada kekalahan pasukan muslim. Kalau pasukan pemanah memperhatikan dan melaksanakan perintah pimpinan (Nabi Muhammad SAW) tentu ceritanya akan lain.
c.   Pelaksanaan ( actuating )
Pelaksanaan kerja merupakan aspek terpenting dalam fungsi manajemen karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai dengan rencana yang ditetapkan semula, dengan cara yang baik dan benar. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi pelaksanaan ini adalah directing commanding, leading dan coornairing[12]
Pelaksanaan kerja sudah barang tentu yang paling penting dalam fungsi manajemen karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
Karena tindakan pelaksanaan sebagaimana tersebut di atas, maka proses ini juga memberikan motivating untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang ingin dicapai, disertai memberikan motivasi-motivasi baru, bimbingan atau pengarahan, sehingga mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik.
Menurut Hadari Nawawi bimbingan berarti memelihara, menjaga dan menunjukkan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatan tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagi berikut:
1)       Memberikan dan menjelaskan perintah
2)       Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan
3)       Memberikan kesempatan meningkatkn pengetahuan, ketrampilan/kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melksnakan berbagai kegiatan orgnisasi.
4)       Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativits masing - masing.
5)       Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien .
Al-Qur'an dalam hal ini sebenarnya telah memberikan pedoman dasar terhadap proses pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating ini. Allah berfiman dalam surat al-kahfi ayat 2 sebagai berikut :
Artinya : Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik (Q.S al Kahfi ayat 2).
Suatu contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen dapat ditemukan pada pribadi agung, Nabi Muhammad Saw. ketika ia memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah Saw adalah al Qur'an yang hidup (the living Qur'ari). Artinya, pada diri Rasulullah Saw tercermin semua ajaran Al-Qur'an dalam bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah Saw.
d.   Pengawasan (Controlling)
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian. Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakanpenilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula.
Pengawasan adalah salah satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Pengawasan/pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen yaitu : 1) Menerapkan standar kinerja. 2) Mengukur kinerja. 3) Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang ditetapkan. 4) Mengambil tindakan korektifsaat terdeteksi penyimpangan. [13] Dalam al Quran pengawasan bersifat transendental, jadi dengan begitu akan muncul inner dicipline (tertib diri dari dalam). Itulah sebabnya di zaman generasi Islam pertama, motivasi kerja mereka hanyalah Allah kendatipun dalam hal-hal keduniawian yang saat ini dinilai cenderung sekuler sekalipun.
Mengenai fungsi pengawasan, Allah SWT berfirman di dalam al Quran sebagai berikut:
Artinya : Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah,
Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka (Q.S As Syuura ayat:6).

Artinya : Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya
manusia itu amat ingkar (kepada nikmat) (Q.S As Syuura ayat 48).
Contoh pengawasan dari fungsi manajemen dapat dijumpai dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:
Al Bukhari Muslim meriwayatkan dari Ibnu „Abbas, ia berkata: "Suatu malam aku menginap di rumah bibiku, Maimunah. Setelah beberap saat malam lewat, Nabi bangun untuk menunaikan shalat. Beliau melakukan wudhu" ringan sekali (dengan air yang sedikit) dan kemudian shalat. Maka, aku bangun dan berwudhu" seperti wudhu" Beliau. Aku menghampiri Beliau dan berdiri di sebelah kirinya. Beliau memutarku ke arah sebelah kanannya dan meneruskannshalatnya sesuai yang dikehendaki Allah ... ".

Dari peristiwa di atas dapat ditemukan upaya pengawasan Nabi Muhammad Saw terhadap Ibnu „Abbas yang melakukan kesalahan karena berdiri di sisi kiri Beliau saat menjadi makmum dalam shalat bersama Beliau. Karena seorang makmum harus berada di sebelah kanan imam, jika ia sendirian bersama imam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak membiarkan kekeliruan Ibnu „Abbas dengan dalih umurnya yang masih dini, namun Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap mengoreksinya dengan mengalihkan posisinya ke kanan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam melakukan pengawasan, beliau langsung memberi arahan dan bimbingan yang benar.
3. Kepemimpinan dan Tanggung Jawab
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan memegang peranan yang penting karena pemimpin yang akan mengegerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Blancard dan Hersey (Dalam Tohardi, 2002) mengemukakan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok
dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Davis mengidentifikasi dalam keterampilan kepemimpinan yaitu : 1) Technical Skills ; diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi dan menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya. 2) Human Skills ; kemampuan dalam membangun relasi dan dapat bekerja sama dengan orang lain adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang pemimpin baik dalam situasi formal maupun informal. Untuk membangun relasi yang lebih baik harus dikembangkan sikap resfek dan saling menghargai satu sama lain. 3) Conceptual Skills ; pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang mampu memberi solusi yang tepat yang timbul daripemikirannya yang cerdas suatu persoalan. [14]
Pemimpin merupakan pengendali dari organisasi sehingga keberadaannya mutlak dibutuhkan. Untuk itu seorang pemimpin harus mempunyai kredibilitas dalam memimpin. Dalam kelompok manusia manapun, seseorang pemimpin harus memiliki pengaruh di antaranya adalah:
a.    Power eksekutif (pelaksanaan), yaitu pengaruh yang dapat menimbulkan
kharisma dan wibawa untuk mengatur anggota kelompok atau untuk mengatur
orang lain.
b.    Power legislatif (pembuat hukum) yaitu pengaruh untuk mengatur hubungan
antar kelompok .
c.    Power pembuat keputusan, yaitu pengaruh untuk melerai perselisihan yang
terjadi dalam penerapan hukum[15].
Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggung-jawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi juga akan dipertanggung-jawabkan dihadapan Allah SWT. Jadi, pertanggung-jawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertical-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah Swt di akhirat nanti. Seorang pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggungjawab dihadapan Allah Swt. Kepemimpinan sebenarnya  bukan   sesuatu  yang  mesti   menyenangkan,   tetapi   merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah Swt berfirman:
Artinya : "dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan orang-orang yang memelihara sholatnya." (QS.Al Mukminun 8-9).
Seorang pemimpin merupakan sentral figur dan profil panutan publik. Terwujudnya kemaslahatan umat sebagai tujuan sangat tergantung pada gaya dan karakteristik kepemimpinan. Dengan demikian kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin mencakup semua karakteristik yang mampu membuat kepemimpinan dapat dirasakan manfaat oleh orang lain.
Dalam konsep Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin telah dirumuskan dalam suatu cakupan sebagai berikut:
a. Pemimpin haruslah orang-orang yang amanah, amanah dimaksud berkaitan dengan banyak hal, salah satu di antaranya berlaku adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan atau kaum muslimin saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk. Dalam al-Qur'an surah an­Nisa': 58 dijelaskan:
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya  Allah   memberi pengajaran  yang  sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An-Nisa': 58)
Ayat di atas memerintahkan menunaikan amanat, ditekankannya bahwa amanat tersebut harus ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya. Ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya "apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia". Ini bearti bahwa perintah berlaku adil itu ditunjukkan terhadap manusia secara keseluruhan. b.        Seorang pemimpin haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki
kecerdasan, kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan
roda kepemimpinan dan memikul tanggung jawab. Sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur'an surah An-Nisa': 83
Artinya : Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). Maksud ayat di atas adalah kalau mereka menyerahkan informasi tentang keamanan atau ketakutan itu kepada Rasulullah Saw apabila bersama mereka, atau kepada pemimpin-pemimpin mereka yang beriman, niscaya akan diketahui hakikatnya oleh orang-orang yang mampu menganalisis hakikat itu dan menggalinya dari celah-celah informasi yang saling bertentangan dan tumpang tindih.[16]
c.  Pemimpin harus orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, tidak
boleh orang dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan
melanggar batas-batasnya. Pemimpin yang dhalim, batal kepemimpinannya.
d.  Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tatanan kepemimpinan sesuai dengan
yang dimandatkan kepadanya dan sesuai keahliannya. Sebaliknya Negara dan
rakyat akan hancur bila dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw
"Apabila diserahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya maka tungguhlah kehancuran suatu saat". e. Senantiasa menggunakan hukum yang telah ditetapkan Allah, seperti yang Allah jelaskan dalam al-Qur'an.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Ayat di atas merupakan perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri (ulama dan umara). Oleh karena Allah berfirman "Taatlah kepada Allah", yakni ikutilah kitab-nya, "dan taatlah kepada Rasul", yakni pegang teguhlah sunnahnya, "dan kepada Ulim Amri di antara kamu", yakni terhadap ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada Allah bukan ketaatan kepada kemaksiatan terhadap-Nya. Kemudian apabila kamu berselisih tentang suatu hal maka kembalilah kepada al-Qur'an dan hadits.
Sedangkan   hadits   Nabi   yang   menjelaskan   tentang   kriteria kepemimpinan antara lain sebagai berikut:
a. Profesional
Kepemimpinan adalah amanah sehingga orang yang menjadi pemimpin berarti ia tengah memikul amanah. Dan tentunya, yang namanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi pemimpin itu berat. Sehingga sepantasnya yang mengembannya adalah orang yang cakap dalam bidangnya. Karena itulah Rasulullah saw. melarang orang yang tidak cakap untuk memangku jabatan karena ia tidak
Artinya: "Dari Abu Hurairah berkata, ketika Rasulullah sedang memberikan pengajian dalam suatu majlis, datanglah seorang pedalaman seraya bertanya "Kapan hari kiamat?" akan tetapi Rasulullah tetap melanjutkan pengajiannya, sebagian hadirin berkata bahwa Rasulullah mendengar pertanyaannya akan tetapi tidak suka. Sebagian yang lain berkata bahwa Rasulullah tidak mendengarnya. Setelah Rasulullah selesai pengajian, beliau bertanya "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat?" Saya wahai Rasulullah, lalu beliau menjawab "Jika amanah sudah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat", orang tersebut bertanya lagi "Bagaimana menyia-nyiakan amanah" Rasulullah menjawab "Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat."
Berangkat dari penjelasan teks tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman dalam hadis ini bahwa kehancuran, kekacauan dan ketikadilan akan terjadi jika suatu pekerjaan atau jabatan apapun, terlebih lagi urusan agama jika diberikan kepada orang yang tidak amanah dan tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, bukan hanya pemimpin atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya berupa kekacauan karena tidak menunaikan amanah akan tetapi umat atau masyarakat juga dianggap menyia-nyiakan amanah karena memilih dan mengangkat orang-orang yang tidak amanah pada suatu jabatan. Dengan demikian, hadis di atas menekankan profesionalisme yang ditunjukkan oleh kata      jj^(tidak kompoten).
b.  Mampu Melaksanakan Tugas
Seorang pemimpin mesti bersedia melaksanakan hukum yang ditetapkan oleh undang-undang. Pemimpin juga dituntut mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dikala terpilih sehingga diharuskan sehat secara jasmani dan rohani, sebagaimana dalam kasus hadits berikut: Dari Abu Dzar, "Saya berkata kepada Rasulullah, wahai Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku menjadi pejabat, lalu Rasulullah menepuk pundaknya seraya berkata "wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan jabatan itu adalah amanah dan merupakan kehinaan serta penyelasan pada hari kiamat nanti kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan hak serta melaksanakannya dengan baik dan benar".
Al-Nawawi berkata ketika mengomentari hadis Abu Dzar: "Hadits ini merupakan pokok yang agung untuk menjauhi kepemimpinan terlebih lagi bagi seseorang yang lemah untuk menunaikan tugas-tugas kepemimpinan tersebut. Adapun kehinaan dan penyesalan akan diperoleh bagi orang yang menjadi pemimpin sementara ia tidak pantas dengan kedudukan tersebut atau ia mungkin pantas namun tidak berlaku adil dalam menjalankan tugasnya. Maka Allah menghinakannya pada hari kiamat, membuka kejelekannya dan ia akan menyesal atas kesia-siaan yang dilakukannya.
c.  Sesuai dengan Aspirasi Rakyat
Aspirasi dari rakyat sangat dibutuhakan karena dengan memudahkan rakyat dilibatkan dalam setiap keputusan yang ada, sehingga terjalin hubungan yang saling memahami kewajiban dan hak masing masing, seperti yang tergambar dalam hadis Nabi sebagai berikut: Artinya: "Z)ar/ '^w/- ibn Malik, dari Rasul saw. Bersabda "sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang yang mencintai kalian begitu pula sebaliknya dan mereka selalu mendoakan kalian dan kalian juga selalu mendoakan mereka, dan sejela-jeleknya pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka juga membernci kalian dan kalian melaknat mereka begitu pula sebaliknya, Rasul ditanya: apakah mereka boleh diperengi? Rasul menjawab tidak selama masih mengerjakan shalat dan jika kalian melihat pada diri mereka sesuatu   yang   tidak   disukai   maka   bencilah   pekerjaannya   dan membangkang/tidak patuh".
Hadis di atas menuntut adanya keserasian atau kerjasama yang baik antara pemimpin dan yang dipimpin, semua itu dapat terwujud dengan diangkatnya pemimpin yang dapat diterima oleh masyarakat karena pemimpin merupakan representase dari suara rakyat sehingga tidak berlebihan bila sebuah kalimat yang sering digunakan dalam menggambarkan keagungan aspirasi rakyat tersebut dengan ungkapan "suara rakyat adalah suara Tuhan" walaupun ungkapan ini masih perlu direnungkan ulang
Dalam hadis ini pula terlihat Nabi memposisikan pemimpin sebagai orang yang mulia sehingga dilarang untuk dicaci, laknat dan membunuhnya, akan tetapi Rasul tidak melarang ummatnya agar ditetap kritis.

C. Kesimpulan
Allah SWT telah memberi akal pada manusia untuk berpikir. Segala sesuatu yang ada di dunia merupakan "ayat kauniyah" yang menimbulkan penyadaran bagi manusia yang mau berpikir. Segala sesuatu di alam yang tercipta seimbang mengilhami manusia untuk mencontohnya demi kemaslahatan hidupnya seperti memanaj sesuatu.
Allah yang Maha Rahman tidak melepaskan manusia begitu saja dengan pikirannya tanpa petunjuk pasti, tetapi Allah selalu memberi bimbingan melalui para rasul-Nya untuk suatu kaum agar mendapat kemaslahatan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Proses manajemen sebenarnya telah dicontohkan di dalam al Quran dan diaplikasikan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Memang, al Quran dan Hadits Nabi tidak menyebutkan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen secara rinci. Tetapi bagaimana kita menggali dan menafsirkannya, karena sesungguhnya manajemen telah ada dan tercantum dalam al Quran dan Hadits sebagai sumber pokok ajaran Islam seperti fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan Pengawasan) bahkan Alqur'an dan Hadits memberikan arahan tentang keterampilan kepemimpinan dan kompetensi apa saja yang harus dimiliki seorang pemimpin.


DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad Badr al-Din al-Hanafi, „Umdah al-Qari' Syarh Shahih al-Bukhari, Juz. II, CD ROM al-Maktabah al-Syamilah
Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, Syarh Shahih Muslim,, Juz. XII (Cet. II; Beirut: Dar Ihya' al-Turas al-'Arabi, 1392 H.
Ali Muhammad Taufik, 2004, Praktik Manajemen Berbasis Al Quran, Jakarta: Gema Insani
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah dalam Prkatik, Jakarta : Gema Insani
Dr. Edi Sutrisno, M.Si, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Kencana
George R Terry, 2006, Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara
Hadari nawawi, 1983, Administrasi Pendidikan, Jakarta : PT Gunung Agung
Husaini Usman, 2003, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Ibnu Katsir, 1999, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (terj), M. Nasib Ar-Rifa'i, Jakarta: Gema Insani
Imtiaz Ahmad. Peperangan Uhud. London.______ www. Rasulullah SAW. atwiki.com.
Diakses 15 April 2016
Jawahir tantowi, 1983, Unsur - Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an . Jakarta : Pustaka Al-Husna
Jurnal. Teori Pengantar Manajemen. 2009, http: blogspot.com di akses pada tanggal 15
oktober 2010
M. bukhari, dkk, 2005 Azaz - Azaz Manajemen. Yogyakarta : Aditya Media.
M. Ngalim Purwanto, 2008, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
M.Quraish Shihab, 2000, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan, dan keserasian al-Qur'an, Volume 2, Cet 1, Ciputat: Lentera Hati
Mariono dkk. 2008, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung : PT Refika Ditama
Mariono, dkk.2008, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: PT Refika Aditama
Shohih Muslim, Juz. III, hlm. 1481
Shohih Muslim, Juz. VI, hlm. 6.
Nanang fatah, 2008,    Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd. 2012, Administrasi Pendidikan, Bandung : ALFABETA
Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Sayyid Quthb, 2002,Tafsir fi Zhilalil Qur'an, (terj), As'ad Yasin, Jakarta: Gema Insani Press
Shahih Bukhari, Kitab Adzan, hadits 859
Syafarudin dan Irwan Nasution, 2005, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching


[1] Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung : ALFABETA, 2012), Hal. . 87
[2] M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008),, Hal. . 7
[3] Syafiie. Al Quran dan Ilmu Administrasi,(Jakarta: Rineka Cipta,2002), Hal. . 36
[4] Mariono dkk. Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Bandung : PT Refika Ditama. 2008),Hal. . 1
[5] Nanang Fatah. Landasan Manajemen Pendidikan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2008),
Hal. . 24
[6]Prof.   Dr.   H.   Engkoswara   Dan   Dr.   Hj.   Aan   Komariah,   M.Pd.,   Administrasi
Pendidikan............Hal. 133
[7] M. bukhari, dkk, Azaz - Azaz Manajemen. Yogyakarta : Aditya Media. 2005. Hal. 35 - 36
[8]M. bukhari, dkk, Azaz - Azaz Manajemen...................Hal. 37
Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung : ALFABETA, 2012), Hal. 95
[10] George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2006) Hal. . 73
[11] Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prkatik, (Jakarta : Gema
Insani, 2003) Hal. .101
[12] Jawahir tantowi. Unsur - Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-Qur'an . (Jakarta : Pustaka Al-Husna. 1983), Hal. 74
[13] Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung : ALFABETA, 2012), Hal. . 96
Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan, (Bandung : ALFABETA, 2012), Hal. . 178
[15] Ali Muhammad Taufik. Praktik Manajemen Berbasis Al Quran, ( Jakarta: Gema Insani. 2004), Hal. 35-36.
[16] Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur'an, (terj), As'ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), Hal. . 54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar