HARLAH
GUS DUR KE 78
Oleh:
A. Izzul Muthok
(Penulis
adalah Sekretaris NU Ranting Desa Juwet)
K.H
Abdurrahman Wahid atau yang akrab di panggil Gus Dur tokoh NU yang namanya
terus dikenang tak lepas dari perjuanganya dalam memanusiakan manusia dan mempertahankan
keutuhan NKRI. Menjelang pilpres 2019 yang suhunya mulai memanas, politisasi
agama yang tetap ampuh digunakan dalam meraih dukungan suara, serta situasi
kehidupan berbangsa yang terpecah-belah, pandangan politik maka pikiran dan
gagasan besar Gus Dur tentang humanisme perlu untuk terus di kembangkan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kondisi
bangsa saat ini terpecah-belah karena faktor SARA, banyaknya sikap intoleransi dalam beragama, kebhinekaan
yang mulai terusik, NKRI yang terancam karena radikalisasi paham keagamaan
serta saling fitnah dan hujat karena perbedaan pandangan menjadikan sosok Gus
Dur dirindukan bangsa kita saat ini.
NKRI
harga mati yang sekarang jadi trend, menjadi pembakar semangat saat acara-acara
pelatihan, Gus Dur lah yang
memperkenalkan ketika diawal reformasi banyak tokoh-tokoh yang menggagas negara
federal. Gagasan gus dur tentang 'Ummatan Wasatan" atau umat pertengahan
atau ummat yang moderat dalam konteks milenial adalah termasuk ajaran Gus Dur. Bahkan
ketika konsep Islam Nusantara menjadi hujatan kelompok sumbu pendek, gagasan
Gus Dur tetaplah kontekstual dalam kondisi berbangsa saat ini. Padahal keberpihakan Gus Dur pada kaum yang
terpinggirkan, kaum minoritas yang tertindas, soal toleransi beragama dan
pribumisasi Islam yang dalam konteks sekarang disebut Islam Nusantara oleh
warga nahdliyin adalah wujud dalam membumikan Islam rohmatal lil alamin.
Sebagai
penerus perjuangan Gus Dur, banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai pengurus
NU walaupun itu ditingkatan ranting seperti memperkuat medan organisasi NU
dengan cara mensemestakan kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, serta kajian-kajian kebangsaaan
dan ke NU an sehingga ada semangat dalam menguatkan medan organisasi dan
kaderisasi NU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar