Minggu, 19 April 2020

Akan dan terus akan lagi (Refleksi di Awal Pandemi)


Oleh
Kang Muthok
 
Sejak sekolah diliburkan tanggal 16 Maret 2020 yang lalu awalnya aku merasa senang, mungkin begitu juga dengan anda, namun ternyata  hukum gosen berlaku juga padaku, “sesuatu yang dinikmati secara terus menerus maka rasanya semakin lama akan semakin berkurang bahkan akan habis”.  Jujur saja awalnya aku bertemikasih pada corona karena berkat makluk tak kasat mata ini aku bisa libur, dengan libur aku akan semakin produktif, aku akan menulis setiap hari, aku akan mengolah lahan belakang rumah ku, akan membersihkan rumah, akan lebih banyak beribadah, akan lebih banyak berkumpul dengan keluarga, akan lebih banyak waktu luang, akan lebih banyak ide-ide yang akan aku keluarkan. Akan lebih banyak karya yang aku hasilkan. Akan akan dan akan lagi.
Saya hitung saat aku menulis ini, aku libur sudah 36 hari, huh waktu yang cukup lama namun terasa singkat dan mungkin akan diperpanjang lagi sampai bulan Juni depan, sebagai rakyat biasa yang mentaati aturan pemerintah yang telah diperintahkan  aku berusaha menikmati untuk tetap dirumah saja, karena bagaimanapun juga itu adalah hal logis untuk memotong penyebaran Covid-19. Hari-hariku hanya kuhabiskan untuk tidur, melamun, iya jujur saja paling cepat aku bangun pagi itu pukul 09.30, sesekali ngerjakan tugas, dan tak lupa smartphone makhluk ini tak bisa lepas dari genggamanku (semoga istriku tidak baca. Hehehe). Selain tidur dan makan, menu harian yang kulihat di berbagai media sosial setiap hari ya paling seputar corona, masing-masing orang tiba-tiba menjadi ahli prediksi corona semuanya. Hebat juga makhluk kecil ini, bisa ikut mencerdaskan bangsa.
Sekarang, aku baru sadar sudah 36 hari aku hanya tidur-tiduran dirumah, niat awal yang ingin lebih produktif lagi menulis, nyatanya  diwaktuku yang luang aku hanya menunda-nudanya saja. Niat awal aku ingin banyak mengisi waktu luangku untuk mengelola lahan ku, nyatanya sampai sekarang masih ku tunda-tunda saja, niat awal aku akan lebih banyak beribadah ya minimal baca al-qur’an bahkan itupun juga masih kutunda-tunda nanti saja kalau bulan puasa sudah tiba. Niatnya aku ingin lebih banyak membaca buku nyatanya satu buku pun tidak pernah tuntas terbaca.
Iya aku tetap di rumah sebagaimana anjuran pemerintah, aku hanya banyak berangan-angan, sejatinya itu bukan tafakur, sesekali aku aktif beroganisasi di NU, namun toh juga masih banyak tidurnya, makan, melakukan yang wajib-wajib belaka, dan akupun terus membiarkan segalanya berjalan dengan sendirinya, lalu menunggu ada yang menyirami dan memupuk. Segala jenis kesempatan, peluang, tantangan, kulewatkan begitu saja, sambil kucarikan alasan bahwa “memang saat ini masih pandemi”. Nanti saja kalau suasanya sudah normal aku akan beraktifitas normal. Nanti saja dan nanti saja.
Berbeda dari niatan awal untuk tetap produktif dan berkarya, yang harusnya meningkat karena tiada lagi gangguan-godaan dari luar, ternyata harapan tiada berbuah menjadi nyata. Baru kutahu, kalau diri ini begitu lemah dan gemar sekali dimanja nafsu dan kemalasan. Baru kusadar, kalau situasi diri ini tidak sama dengan yang sering ku katakan. Setiap kali peringatan dari dalam diri untuk aktif berkarya dan menebar kebaikan itu hadir, eh bukan kebaikan, maksudku kemanfaatan, kalau sekedar baik dengan diam saja kita sudah dianggap baik, tapi untuk bermanfaat itu butuh perjuangan. namun itu hanya angan-angan belum ku laksanakan sudah berhamburanlah kalimat-kalimat pembantah dan pelena diri, “Nanti saja”, “Sebentar lagi”, “Menunggu ini dulu”, “Kalau itu sudah jalan saja”, dan lain sebagainya.
Hadirnya makhluk kecil  yang diberi nama corona ini ternyata telah membuka banyak titik kelemahan dalam kehidupanku. Tidak hanya kelemahan fisik, tetapi juga kelemahan moral, tak ketinggalan juga kelemahan ruhani. Dulu kesibukan luar rumah menjadi alasan mengapa aku susah produktif. Dulu juga, kesibukan dan kurangnya waktu menjadi alasan mengapa tidak banyak kebaikan bisa aku lakukan untuk diri dan lingkunganku. Masih dulu juga, gangguan dan godaan dari situasi serta orang-orang disekelilingku menjadi alasan mengapa kecil sekali kontribusiku untuk kemaslahatan dan kemanfaatan hidup. Ah, semua ini pasti hanya aku tentunya tidak demikian dengan diri anda...

Nganjuk, 19 April 2020

1 komentar:

  1. Kisah yg benar-benar nyata... Ku harap tidak bersambung, sudahi saja

    BalasHapus